Rabu, 26 Oktober 2011

Akhirnya Kembali Terjadi

Deja vu, yang asal katanya diambil dari Bahasa Perancis, adalah suatu perasaan ketika seseorang mengalami sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya. Sebuah kejadian di tempat yang sama di waktu yang sama dengan keadaan dan status yang berbeda tentunya. Kejadian itu benar-benar muncul kembali, yang membuat ingatan saya terbang kembali ke beberapa tahun yang lalu, ketika saya menjadi junior tingkat terendah di sebuah sekolah kedinasan di Yogyakarta. Ketika itu didalam laga bertajuk persahabatan antar barak (Blok) terjadi sebuah kejadian "tragedi" yang mirip dengan kejadian sore ini...

Bagi para pemain sepakbola profesional sendiri, sebuah kekalahan atau kemenangan memang sudah menjadi hal yg biasa terjadi dalam sepakbola. Terkadang beberapa kekalahan maupun kemenangan memang patut diapresiasi dengan sedikit rasa emosional. Akan tetapi mereka juga akan segera dengan cepat melupakan kekalahan atau kemenangan tersebut, mengingat masih banyak hal-hal lain yg menunggu di keesokan harinya, yang tentunya juga membutuhkan persiapan serta konsentrasi yg baru.

Sedangkan bagi supporter sendiri, terkadang sebuah kekalahan seringkali di sikapi dengan terlalu berlebihan, sehingga tidak jarang menjurus kepada hal-hal yg bersifat anarkis/arogan. Padahal tanpa mereka sadari, tindakan mereka tersebut pada akhirnya dapat merugikan dirinya sendiri...

Apa yang seketika terlintas dalam benak kita saat kita mendengar kata “Arogan”..?? Mungkin konotasi negatif segera menyeruak dalam benak kita. Akan tetapi tetapi pada kenyataannya, tidak selamanya “Arogan” itu berarti negatif. Arogan juga dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan diri dan rasa optimis yang tinggi. Dan selama kita mampu mengontrol rasa itu agar tidak melewati batas atau berlebihan, maka hal tersebut akan berubah menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa berbahaya.

Arogansi itulah yang dibawa oleh seseorang yang bernama Jose Mourinho. Seorang pelatih yang oleh banyak kalangan dinilai sebagai “Si pembuat masalah”. Seperti yang kita ketahui bersama, Mou selalu mengatakan jika dirinya adalah The special one. Sedikit terlalu berlebihan memang, akan tetapi harus kita akui bahwa keberadaan seorang Jose Mourinho selalu mampu merubah sebuah tim menjadi lebih berkarakter atau setidaknya menjadi lebih percaya diri.

Arogansi itu menjalar ke seluruh komponen dalam tim, kepercayaan diri itu yang membuat tim merasa mampu berbuat sesuatu yang lebih. Keyakinan itu yang membuat dirinya selalu merasa sejajar dengan manajer-manajer top di dunia. Optimisme itu yang membuat klub-klub asuhannya mampu menampilkan kemampuan terbaik mereka dalam setiap laga.

Memang masing-masing individu pasti mempunyai prinsip-prinsip yg dianut dalam menjalani sebuah kehidupan. Sebuah prinsip, yg tentunya terbentuk melalui kenyamanan dari setiap pribadi yg menjalankannya. Terkadang hal tersebut nampak tidak lumrah bagi khalayak ramai. Akan tetapi sudah barang tentu, jika orang-orang tersebut memiliki argumentasi yg menurut mereka benar, sehingga memilih untuk menerapkannya dalam setiap sisi dalam kehidupan mereka masing-masing.

Melalui goresan ini, saya ingin sedikit memberi catatan kenapa kita tidak pernah berbenah? laga yang merupakan "persahabatan" kenapa tidak pernah bersahabat. Pertandingan untuk mencari bakat sepakbola menjadi ajang pencarian bakat pencak silat, taekwondo, bahkan tarung bebas. Intervensi terhadap wasitpun dipertontonkan dengan ancaman fisik maupun mental. Ini semua menjadikan sebuah introspeksi bagi kita.

Kita harus berjiwa Serdadu karena kita adalah ujung tombak paling depan yang berjuang untuk membela nama institusi kita BPN, walaupun dengan persenjataan yang minim. Dan kita disini menunjukkan bahwa ini merupakan sekolah serdadu pilihan dari seluruh pelosok negeri, yang mempunyai jiwa korsa yaitu jiwa satu rasa dan satu asa dalam mencapai satu tujuan atau Jiwa Korsa juga dapat diartikan sebagai rasa persatuan, kekeluargaan, setia kawan, rasa tolong-menolong, bahu membahu, rasa memiliki bersama, dan rasa persaudaraan yang sangat erat. Jangan jadikan kita narapidana yang ketika berkumpul bersama pasti terjadi gesekan, perselisihan bahkan hingga pertengkaran.

Saya rasa kita semua di beri anugerah oleh sang pencipta, sebuah daging kecil bernama hati. Dimana hati tersebut, berfungsi sebagai alat kontrol terhadap nilai-nilai kepantasan dari hal-hal yg kita lakukan. Oleh karena itu di akhir artikel ini, perkenankanlah saya untuk sedikit bertanya Apakah kita akan introspeksi diri ? atau Apakah kita akan mengalami kembali kejadian seperti sore ini? dan pertanyaan terakhir

APAKAH ANDA JUGA MEMPUNYAI HATI…???

Tulisan ini pendapat pribadi penulis bukan merupakan pendapat kelompok atau golongan.

1 komentar:

  1. sebuah pertandingan olahraga seharusnya digunakan untuk lebih mempererat persahabatan, bukan untuk sebaliknya...

    BalasHapus